Kala Cori Gauff Dapat Menanggulangi Keraguan

Kala Cori Gauff Dapat Menanggulangi Keraguan

Kala Cori Gauff Dapat Menanggulangi Keraguan – Cori Gauff memenangkan Grand Slam Perancis. Dikala melawan Aryna Sabalenka di akhir.

Cori Gauff memenangkan invitasi Perancis Terbuka yang ialah titel kedua di pertandingan Grand Slam. kiano88 merangkul beker Suzanne Lenglen dalam tahap gambar di ruang ubah pemeran sehabis meragukan dirinya dapat memenangkan invitasi tenis di alun- alun tanah liat itu.

Petenis Amerika Sindikat, yang lebih diketahui dengan julukan panggilan Coco, itu jadi tunggal gadis terbaik dalam kompetisi yang berjalan sepanjang 2 minggu di alun- alun tanah liat Roland Garros, Paris, Perancis. Ia jadi pemenang sehabis menaklukkan Aryna Sabalenka dengan angka 6- 7( 5), 6- 2, 6- 4 dalam akhir di Alun- alun Philippe Chatrier, Sabtu( 7 atau 6 atau 2025).

Petenis berumur 21 tahun itu jadi petenis AS awal yang memenangkan Perancis Terbuka semenjak idolanya, Serena Williams, pada 2015. Melainkan dikala Chris Evert serta Martina Navratilova, yang keseluruhan menemukan 9 titel pemenang di Roland Garros antara 1974- 1986, petenis- petenis AS kerap kali kesusahan memenangkan Perancis Terbuka. Mereka takluk bersaing dengan petenis Eropa yang memanglah lebih terbiasa main di alun- alun tanah liat.

Akhir Sabalenka melawan Coco jadi pertemuan petenis ranking paling atas serta kedua bumi yang pula ialah pemenang Grand Slam. Sabalenka bawa 3 titel Grand Slam dari invitasi alun- alun keras( Australia Terbuka 2023 serta 2024 dan Amerika Sindikat Terbuka 2024). Sehabis jadi pemenang di Flushing Meadows, New York, pada 2024, ia pula menggapai akhir Australia Terbuka 2025, namun takluk dari Madison Keys.

Coco terkini memenangkan AS Terbuka 2023, namun memiliki pengalaman tampak pada akhir Perancis Terbuka 2022. Dalam umur 18 tahun dikala itu, Coco kesusahan mengimbangi Tulang rusuk Swiatek yang kesimpulannya memenangkan Perancis Terbuka 2022- 2024. Walaupun begitu, ia senantiasa mencatatkan hasil selaku finalis Grand Slam paling muda dalam bentang nyaris 18 tahun.

Dikala menempuh akhir Perancis Terbuka 2022, yang ialah akhir pertamanya di arena Grand Slam, Coco merasa amat gugup. Berjarak 3 tahun setelah itu, nyatanya rasa itu senantiasa terdapat. Ia meragukan diri sendiri, apakah hendak dapat menanggulangi titik berat akhir, paling utama dalam perihal titik berat psikologis.

” Aku apalagi meratap. Aku amat gugup serta susah bernapas. Namun, aku berasumsi, bila tidak dapat menanganinya dikala ini, gimana aku dapat menanggulangi titik berat yang serupa ke depannya?” ucap Coco.

Coco setelah itu terkenang pada perkata rapper di negaranya, Tyler the Creator.” Ia berkata,’ Bila saya memberitahumu kalau aku

Pada dini minggu ini, Coco pula menceritakan gimana ia berlatih menanggulangi titik berat main pada akhir Grand Slam. Coco memandang banyak orang di sekelilingnya wajib berjuang menanggulangi kesusahan lebih besar dibanding bila ia takluk di akhir.

Coco bawa pola pikir itu ke alun- alun. Hendak namun, menanggulangi game Sabalenka yang dapat memukul keras serta cermat dengan tidak berubah- ubah bukan perihal gampang. Petenis Belarus ini bawa keyakinan diri besar sebab bertahun- tahun berlatih menanggulangi sulitnya main di alun- alun tanah liat. Salah satu hasilnya, Sabalenka memenangkan WTA 1000 Madrid, 3 minggu saat sebelum Perancis Terbuka, dengan menaklukkan Coco di akhir.

Sabalenka mengawali peperangan akhir dengan penuh yakin diri. Pukulan- pukulannya maju kencang dari garis balik memforsir Coco pontang- panting memobilisasi semua kemampuannya.

Coco yang senantiasa normal penampilannya semenjak putaran awal hadapi double break sampai terabaikan 1- 4( 0- 40) saat sebelum menciptakan balik aksen permain berkah jasa pertamanya yang lebih tidak berubah- ubah dibanding laga- laga lebih dahulu. Di bagian lain, Sabalenka malah kehabisan aksen sehabis berulang kali melaksanakan unforced error pada poin- poin berarti.

Walaupun memenangi set awal lewat tie- break, performa Sabalenka lalu menyusut searah dengan embusan angin yang mendera alun- alun penting Roland Garros. Dengan embusan angin yang lebih cepat, ia tidak bisa lagi memercayakan groundstroke keras. Petenis berumur 27 tahun itu juga tidak sanggup mengatur marah serta nampak jengkel kelewatan dikala membuat unforced error.

Situasi dingin itu lebih banyak mengusik Sabalenka dibanding Coco yang dalam sebagian peluang kurangi daya jasa awal buat meningkatkan persentase kesuksesan. Sebagian kali Coco melaksanakan kick serve pada jasa pertamanya, yang malah membuat Sabalenka susah mengestimasi perputaran bola.

Berlainan dengan akhir melawan Swiatek 3 tahun kemudian, kali ini, Coco dapat mengganti rasa takutnya jadi kenyamanan. Ia tampak amat dingin meski kehabisan set awal dengan mengetatkan sebab menang lebih dahulu 4- 1 sampai 5- 4 dikala tie- break dalam lama satu jam 20 menit.

” Sehabis kehabisan set awal, aku mengatakan pada diri sendiri wajib memobilisasi seluruhnya. Andaikan takluk, paling tidak aku telah berjuang maksimum serta dapat kembali buat berjumpa kekasih serta melaksanakan aktivitas bersama keluarga,” tuturnya.

Dengan melepas bobot dari pikirannya, Coco memperingati kemenangan dengan merangkul seluruh badan timnya di mimbar, tercantum ibunya, Candy, yang nampak kaku selama perlombaan. Ada pula bapaknya, Corey, senantiasa pada kebiasaannya, ialah terkini berasosiasi di mimbar regu sehabis Coco menuntaskan perlombaan.

Perkataan aman dari Obama

Titel pemenang yang dicapai Coco tidak cuma menarik atensi petenis serta mantan petenis. Mantan Kepala negara Amerika Sindikat Barack Obama serta Bunda Negeri Michelle Obama juga ikut berikan perkataan aman.

Lewat alat sosial, Michelle Obama menulis kalau kemenangan Coco amat menginspirasi.” Coco menampilkan pemastian, daya, serta kecantikan main sepanjang 2 minggu,” tutur Michelle.

Kalian membuat kita seluruh besar hati,” catat Barack Obama, sebagian menit sehabis istrinya melafalkan aman.

Keluarga Kepala negara ke- 44 AS itu berjumpa Coco pada AS Terbuka 2023. Coco berjumpa Obama sehabis mencapai titel pemenang serta berkata kalau momen itu tidak hendak terabaikan dalam hidupnya.

Navratilova, pemenang Perancis Terbuka 1982 serta 1984, menyanjung peperangan Coco buat bangun. Pemenang tunggal putra 14 kali, Rafael Nadal; Carlos Alcaraz; sampai pebasket AS, LeBron James; pula memeriahkan alat sosial lewat apresiasi mereka buat Coco, Sabalenka, serta perlombaan akhir itu

Cori“ Coco” Gauff bukan cuma suatu julukan yang mendunia di bumi tenis; ia merupakan ikon dari peperangan angkatan terkini buat menanggulangi keragu- raguan, titik berat, serta ekspektasi semenjak umur belia. Di umurnya yang sedang amat muda, Gauff sudah memeriksa jalan yang umumnya ditempuh oleh para hikayat. Tetapi, di balik bercelak kemenangan serta pancaran alat, terdapat ekspedisi hati yang penuh tantangan yang kesimpulannya membuat siapa dirinya hari ini.

Lahir pada 13 Maret 2004 di Delray Beach, Florida, Gauff mulai menggenggam raket semenjak umur 7 tahun. Bakatnya lekas nampak mencolok. Kala beliau menaklukkan Venus Williams di Wimbledon 2019 dikala terkini berumur 15 tahun, bumi menyambutnya selaku bintang era depan. Tetapi, tidak seluruh yang tiba dengan pancaran itu merupakan pujian—keraguan juga mulai berdatangan, bagus dari luar ataupun dalam dirinya sendiri.

Ditekan oleh Ekspektasi

Sehabis gebrakan di Wimbledon, ekspektasi meningkat runcing. Banyak yang melihatnya selaku” the next Serena,” suatu merek yang walaupun membanggakan, pula memberati. Gauff seketika dimohon buat tampak sempurna di tiap perlombaan, bawa impian jutaan orang, serta memahat asal usul saat sebelum berusia dengan cara penuh.

” Banyak orang beranggapan aku telah ketahui segalanya cuma sebab aku berhasil di umur 15. Tetapi faktanya aku sedang mencari ketahui siapa aku, di dalam serta di luar alun- alun,” ucap Gauff dalam suatu tanya jawab tahun kemudian.

Penampilan Gauff luang naik turun dalam sebagian tahun sehabis debut fenomenalnya. Beliau kandas maju jauh di sebagian invitasi Grand Slam serta luang terlempar dari 10 besar bumi. Alat sosial jadi tempat di mana para komentator dengan gampang mempersoalkan apakah beliau cumalah satu masa yang hendak kilat gelap.

Tetapi, di sinilah daya psikologis Gauff mulai nampak.

Menanggulangi Keragu- raguan Diri

Kala olahragawan seusianya sedang bergulat dengan titik berat anak muda, Gauff wajib berlatih mengalami keragu- raguan diri dengan cara khalayak. Beliau membenarkan kalau luang mempersoalkan apakah beliau betul- betul lumayan bagus buat jadi pemeran maksimum. Sebagian kegagalan di perlombaan berarti luang mengguncang keyakinan dirinya.

” Aku sempat merasa kalau bisa jadi aku tidak hendak sempat berhasil Grand Slam. Bisa jadi seluruh ini sangat kilat,” tuturnya.

Tetapi, beliau menyudahi buat tidak berserah pada keragu- raguan itu. Dengan sokongan keluarga yang kuat—ayahnya, Corey, yang pula pelatihnya, serta ibunya, Candi, yang mengutamakan pembelajaran serta kesehatan mental—Gauff mengawali alih bentuk. Beliau bertugas serupa dengan instruktur terkini, menguatkan bagian teknis, serta yang sangat berarti: membuat balik psikologis bertandingnya.

Khalwat, pengobatan, serta artikulasi buku- buku mengenai pola pikir jadi bagian dari rutinitasnya. Beliau pula mulai membuka diri mengenai kesehatan psikologis di alat, menghasilkan dirinya selaku suara berarti di angkatan olahragawan yang hirau hendak penyeimbang hidup.

Titik Balik: Pemenang di AS Terbuka 2023

Titik balik sangat mencolok dalam ekspedisi Gauff tiba pada US Open 2023. Dalam suasana penuh titik berat di kandang sendiri, Gauff tampak luar lazim serta kesimpulannya pergi selaku pemenang Grand Slam pertamanya sehabis menaklukkan Aryna Sabalenka di akhir.

Kemenangan ini bukan cuma kemenangan teknis, tetapi pula simbolis. Beliau mengunci mulut keragu- raguan, bagus dari luar ataupun dalam dirinya. Dalam ceramah kemenangannya, Gauff dengan bunyi besar hati mengatakan,“ Buat seluruh orang yang meragukan aku: Dapat kasih. Kamu membuat aku bertugas lebih keras.”

Hasil itu menjadikannya perempuan kulit gelap Amerika paling muda yang memenangkan US Open semenjak Serena Williams pada 1999. Tetapi, lebih dari semata- mata statistik, kemenangan itu jadi fakta kalau Gauff saat ini bukan cuma” bintang era depan”—dia merupakan bintang hari ini.

Lebih dari Semata- mata Atlet

Gauff pula diketahui sebab keberaniannya berdialog mengenai rumor sosial. Dalam era keluhan Black Lives Matter, beliau tampak di hadapan khalayak menyuarakan kesamarataan serta kesetaraan. Beliau tidak khawatir menyangkutkan bukti diri atletnya dengan aktivisme sosial, menjajaki jejak para hikayat semacam Muhammad Ali serta Billie Jean King.

“ Aku ketahui aku memiliki program, serta aku mau memakainya buat suatu yang lebih besar dari tenis,” ucap Gauff di suatu forum anak muda.

Perihal ini membuktikan kematangannya yang jauh melewati umurnya. Gauff bukan cuma menginspirasi sebab beker yang beliau capai, namun pula sebab kegagahan serta kejujurannya selaku orang.

Memandang ke Depan

Saat ini di umur 21 tahun, Gauff berdiri selaku salah satu pemeran sangat disegani di rekreasi WTA. Beliau sedang mempunyai ruang buat bertumbuh, serta lawan- lawannya juga membenarkan kalau Gauff cuma hendak terus menjadi beresiko dalam sebagian tahun ke depan. Yang lebih berarti, beliau sudah membuktikan kalau jalur mengarah kebolehan tidak senantiasa lurus ataupun lembut.

Dalam bumi yang kilat memuja serta kilat melalaikan, Cori Gauff meyakinkan kalau ketabahan, intensitas, serta agama pada diri sendiri tetaplah alas yang tidak tergantikan.

Keragu- raguan itu sempat ada—besar serta menyeramkan. Tetapi Gauff tidak melarikan diri. Beliau memandang keragu- raguan itu, menantangnya, serta kesimpulannya menanganinya.

Penutup

Cerita Cori Gauff merupakan pengingat kalau kebolehan asli tidak cuma diukur dari seberapa kilat seorang berhasil, tetapi seberapa kokoh beliau berdiri sehabis jatuh. Di tengah pancaran bumi, beliau senantiasa orang belia yang berlatih, berkembang, serta saat ini bercahaya sebab beliau memilah buat tidak berserah.

Kala Cori Gauff dapat menanggulangi keragu- raguan, kita juga dapat berlatih satu perihal berarti: agama pada diri sendiri merupakan daya sangat tidak terbantahkan.

Post Comment