Wilayah Rawan Banjir di Kendari Malah Ketat dengan Kawasan tinggal Baru – Banjir balik terjalin di wilayah rawan di Kendari, Sultra.
Kali wanggu wilayah rawan banjir di Kendari, Sulawesi Tenggara, gali77 saat ini malah ketat dengan perumahan terkini. Bukan tidak bisa jadi akibat musibah di situ esok akan lebih kurang baik dibanding hari ini.
Bersamaan hujan yang mereda, La Ode Rahmi( 27), mengepel lantai rumahnya yang berair, di Kelurahan Lepo- lepo, Kendari, Sulawesi Tenggara, Senin( 30 atau 6 atau 2025).
Air yang penuhi garasi sesekali masuk ke dalam rumah dikala terdapat yang melintas di depan lingkungan perumahannya.
Sudah 3 hari banjir membanjiri rumah pegawai swasta ini. Air dari Kali Wanggu yang berjarak dekat 100 m dari perumahannya meluap.
Ketinggian air menggapai dekat 50 sentimeter. Di sebagian tempat apalagi lebih dari satu m.
” Telah nyaris 2 tahun bermukim di mari, terkini kali ini banjir. Jika tutur pengembangnya dahulu di mari telah tidak banjir lagi sebab terdapat kolam penahanan,” tutur Rahmi.
Tetapi, rumah bantuan yang dicicilnya sepanjang 10 tahun itu jauh dari tutur nyaman. Hujan sepanjang sebagian durasi dengan keseriusan lagi membuat kali meluap.
Sementara itu, rumah pertamanya itu pula sudah ditinggikan, jauh dari tetangganya. Ketinggian rumahnya meningkat dekat 20 centimeter.
Bagi Rahmi, beliau membeli rumah di area ini sebab membiasakan keinginan. Tidak hanya rumah bantuan yang pasti jauh lebih ekonomis, posisi perumahan terletak di tengah kota.
Adiknya yang kuliah di Universitas Halu Oleo dapat gampang ke kampus. Posisi perumahan ini cuma berjarak dekat satu km dari kampus terkenal di Alam Anoa itu.
Awal mulanya, beliau luang ragu membeli rumah di area ini. Karena, beliau ketahui benar area Kali Wanggu ialah langganan banjir.
Tetapi, bibir developer banjir memanglah manis. Ia mati- matian memastikan, banjir sudah menurun sehabis Kolam Penahanan berdiri pada 2020.
” Kolam bisa jadi telah tidak mampu muat air. Terlebih, banyak awal posisi terkini buat perumahan. Jika demikian ini, telah pikir- pikir ingin alih. Itu yang lebih akut di akhir yang terkini bangun,” tuturnya.
Berjarak 200 m dari rumah Rahmi suatu perumahan bantuan pula terkini tersadar. Sekurang- kurangnya, 17 rumah telah berdiri di situ.
2 bagian di antara lain sudah terdapat yang menaiki. Developer perumahan ini dikenal sedang orang yang serupa dengan lingkungan yang ditempati Rahmi.
Ningsih( 29) pula mulai menangisi keputusannya membeli rumah di area ini. Akibatnya sudah dialami. Beliau apalagi wajib mengungsi. Sementara itu, beliau terkini membeli rumah itu tahun kemudian.
” Hujan sesungguhnya tidak kencang. Tetapi, banjirnya telah hingga pukang di dalam rumah. Konsep ingin take berlebihan saja. Takut jika malam lagi rehat air naik lagi,” ucapnya.
Bersamaan curah hujan yang besar, banjir lalu membanjiri area Kali Wanggu. Beberapa masyarakat nampak mengungsi serta beberapa orang lalu berusaha mengamankan benda.
Syamsuddin Attas( 64), masyarakat Lepo- lepo, yang sudah berdiam puluhan tahun di area ini mengantarkan, sempadan Kali Wanggu memanglah teratur meluap dikala masa hujan datang.
Area ini ialah wilayah yang kecil, dengan gerakan bengawan yang berkelok. Ratusan rumah lalu tersadar di dekat posisi ini.
Syamsuddin pula bingung kenapa perumahan terkini lalu bermunculan. Sementara itu, semenjak satu dasawarsa kemudian, sudah terdapat usulan supaya masyarakat direlokasi ke tempat yang lebih pantas mendiami, kuncinya leluasa banjir.
Cuma saja, usulan itu memanglah tidak sempat terealisasi. Beliau serta keluarga pula sudah menyesuaikan diri kepada banjir. Tetapi, beliau tidak menyangkal bila terdapat kebijaksanaan yang memanglah profitabel masyarakat.
” Yang kita khawatirkan jika terjalin banjir besar semacam 2013. Di lantai 2 rumah aku ini, airnya hingga bahu,” tutur Syamsuddin.
Sampai Senin siang, ratusan masyarakat Kelurahan Lepo- lepo sedang mengungsi. Mereka menaiki kamp gawat, rumah keluarga, serta kamp yang dibentuk penguasa.
Beberapa pengungsi ini mulai diserbu penyakit. Terdapat yang gatal- gatal, yang lain terkena meriang.
Sarman, Pimpinan RT 012 RW 006 Kelurahan Lepo- lepo berkata, banjir jadi langganan masyarakat di lingkungannya. Area ini nyaris tiap tahun terdampak banjir. Tetapi, ketinggian air tidak sedemikian itu besar sepanjang 5 tahun terakhir.
Kali ini, banjir lebih besar sampai 1, 8 m. Beliau serta keluarga juga mengungsi di kamp gawat sepanjang 3 hari terakhir. Istri serta buah hatinya turut, sedangkan 2 cucunya diungsikan di rumah keluarga.
Bagi Sarman, walaupun sudah terdapat bendungan penahan banjir serta kolam penahanan, banjir nyatanya lalu menerpa.
” Sudah terdapat konsep relokasi bertahun- tahun kemudian, namun lokasinya tidak nyata serta metodenya pula serupa. Masyarakat kesimpulannya bertahan di mari,” tutur Sarman meningkatkan.
Riset Hasddin serta Erny Tamburaka di Harian Pembangunan Area serta Kota Universitas Diponegoro pada 2020 menciptakan beberapa perihal mengakibatkan banjir di Kendari. Tidak hanya curah hujan serta kontur area, sebagian aspek lain pula jadi pemicu penting.
Salah satunya merupakan terus menjadi banyaknya gedung yang berdiri di bantaran bengawan. Kegiatan eksploitasi ruang( gedung) dekat bengawan terjalin semenjak lama serta terus menjadi tidak teratasi.
Kenyataan ini dibantu dengan informasi pemakaian tanah buat kawasan tinggal serta areal tersadar lain di Kota Kendari dikala itu dekat 50, 62 persen buat pertanian ataupun kebun seluas 312 hektar ataupun 13, 37 persen.
Kepala Tubuh Penyelesaian Musibah Wilayah Kendari Cornelius Padang mengatakan, area sempadan bengawan idealnya memanglah tidak dijadikan pemukiman.
Karena, perihal ini berhubungan dengan banyak perihal, kuncinya keahlian resapan serta gerakan air. Terdapat ketentuan jarak minimun, sampai terbitnya permisi buat area perumahan.
Dikala ini, penguasa fokus pada penindakan korban terdampak banjir dulu. Bagi konsep, hendak terdapat pembangunan bendungan sambungan di Kali Wanggu supaya air tidak melimpas dikala debit melambung.
” Jika pertanyaan mengapa terdapat perumahan terkini yang timbul, itu bukan wewenang kita. Terdapat di aspek lain pastinya yang menanggulangi,” tuturnya.
Kepala Biro Profesi Biasa serta Penyusunan Ruang Kendari Ali Aksa berkata hendak menelaah serta memantau balik eksploitasi ruang di area” Kota Lulo” ini. Wilayah resapan bertambah menurun dampak pembangunan yang membuat akibat tidak terhindarkan.
Terpaut pembangunan perumahan serta kediaman, bagi Ali, pula hendak jadi penyusunan. Permisi perumahan butuh diawasi balik serta ditentukan cocok jadikan.
” Kita pula hendak berkoordinasi dengan gedung serta pemprov sebab wewenang terpaut Kali Wanggu bukan di kita. Pastinya buat masyarakat, kita senantiasa wajib ikut serta serta mengutamakan kebutuhan warga,” tuturnya.
Pembangunan perumahan pula sudah memorak- porandakan area kawasan tinggal di bermacam posisi di Kendari. Banjir lumpur membanjiri desa sehabis timbulnya perumahan dengan ribuan rumah. Gerakan air tidak nyata serta membuat akibat besar.
Guru Ilmu Area di Universitas Halu Oleo, Safril Kasim, mengatakan, banjir terjalin dampak beberapa aspek, mulai dari hawa, kontur tanah, kemiringan lereng, kawasan tinggal, sampai pemakaian tanah.
2 aspek terakhir ialah perihal yang sangat dapat diintervensi buat memencet terbentuknya banjir kesekian.
Persoalannya, beliau meneruskan, studi yang terdapat membuktikan pemakaian tanah bertambah padat. Wilayah asal, spesialnya Bengawan Wanggu yang membelah kota, sudah banyak terbuka. Perihal ini menginginkan usaha rute zona buat penindakan sampai rehabilitasi wilayah gerakan bengawan.
Sedangkan itu, buat dalam kota, pemakaian tanah di wilayah resapan pula terus menjadi banyak. Warga, sampai swasta, membuat wilayah resapan jadi perumahan atau pusat pertokoan. Akhirnya, area buruan air terus menjadi menurun.
Ironi tengah berjalan di Kota Kendari. Ternyata dikosongkan ataupun direlokasi, beberapa area yang semenjak lama diketahui rawan banjir malah terus menjadi padat oleh kawasan tinggal terkini. Kejadian ini menimbulkan kebingungan sungguh- sungguh hendak keamanan masyarakat serta berkepanjangan area, terlebih merambah masa penghujan.
Bersumber pada informasi dari Tubuh Penyelesaian Musibah Wilayah( BPBD) Kota Kendari, sekurang- kurangnya 5 titik area yang sudah dikategorikan selaku alam merah rawan banjir saat ini ditempati oleh ratusan apalagi ribuan rumah terkini. Area semacam Anduonohu, Baruga, Lepo- Lepo, serta beberapa wilayah di dekat Kali Wanggu saat ini nampak bertambah padat.
“ Dalam 5 tahun terakhir, kita menulis pertambahan penting jumlah rumah di alam yang sesungguhnya telah dilarang buat pembangunan pemukiman. Tetapi faktanya, pembangunan lalu berjalan,” ucap Kepala BPBD Kendari, La Ode Rahmatullah, Jumat( 5 atau 7).
Rahmatullah mengatakan, perkembangan kawasan tinggal di daerah- daerah rawan banjir ini tidak bebas dari lemahnya pengawasan dan ketidaktegasan penguasa wilayah dalam menangani pembangunan bawah tangan. Banyak di antara lain berdiri tanpa permisi mendirikan gedung( IMB) yang legal.
“ Sebagian developer perumahan apalagi membuat lingkungan besar tanpa memperkirakan sistem drainase serta pengurusan area. Akhirnya, air hujan tidak terserap dengan bagus serta melimpas ke kawasan tinggal dekat,” imbuhnya.
Perizinan Longgar, Pengawasan Lemah
Situasi ini diperparah oleh lemahnya koordinasi antarinstansi dalam pengawasan pembangunan. Biro Profesi Biasa serta Penyusunan Ruang( PUPR) Kota Kendari membenarkan, beberapa gedung memanglah bebas dari kontrol sebab keterbatasan pangkal energi orang serta pengawasan alun- alun.
“ Dengan cara ketentuan, pembangunan di area sempadan bengawan serta area rawan banjir memanglah dilarang. Tetapi dalam praktiknya, kerap kali masyarakat ataupun developer langsung membuat dahulu terkini mengurus perizinan belum lama. Itu juga sering- kali permisi senantiasa diserahkan sebab titik berat keinginan kediaman,” tutur Kepala Biro PUPR Kendari, Irwan Supriadi.
Bagi Irwan, perkembangan masyarakat serta keinginan perumahan yang besar di Kendari membuat penguasa wilayah terletak dalam posisi problematis. Di satu bagian, mereka wajib sediakan ruang kediaman yang pantas. Di bagian lain, mereka wajib melindungi kelestarian area serta meminimalisir resiko musibah.
“ Sayangnya, kita belum memiliki konsep aturan ruang yang betul- betul mengarah pada mitigasi musibah. Kesimpulannya, banyak area beresiko yang disulap jadi area perumahan tanpa riset area yang matang,” tuturnya.
Masyarakat: Tidak Terdapat Opsi Lain
Di bagian lain, masyarakat yang bermukim di area rawan banjir berterus terang tidak memiliki banyak opsi. Harga tanah yang lebih ekonomis dibandingkan area lain jadi salah satu alibi penting mereka membeli ataupun membuat rumah di situ.
“ Jika cari tanah di pusat kota telah tentu mahal. Di mari( Baruga), biayanya lebih terjangkau. Kita ketahui ini wilayah rawan banjir, tetapi ingin gimana lagi? Beli rumah di tempat lain kita tidak mampu,” tutur Ajaran, masyarakat yang terkini satu tahun bermukim di lingkungan perumahan terkini di Baruga.
Perihal senada dikatakan Fitriani, bunda rumah tangga di area Lepo- Lepo. Baginya, penguasa sepatutnya lebih aktif membagikan bimbingan serta pemecahan jelas, bukan cuma mencegah ataupun membagikan peringatan.
“ Jika memanglah dilarang, mengapa izinnya sedang pergi? Jika kita disuruh alih, betul bantu disiapkan tempat pengganti yang nyaman serta terjangkau,” ucapnya.
Banjir Terus menjadi Akut Masing- masing Tahun
Bagi memo BMKG Kendari, curah hujan tahunan di kota ini lalu hadapi kenaikan. Tahun 2023 kemudian, Kendari terdaftar hadapi hujan rimbun sebesar 126 hari, bertambah dibanding tahun lebih dahulu. Campuran antara melonjaknya keseriusan hujan serta jeleknya sistem drainase menghasilkan resiko banjir kian besar.
Salah satu banjir besar yang sedang membekas dalam ingatan masyarakat terjalin pada Februari 2023, dikala ratusan rumah di area Kali Wanggu serta sekelilingnya tergenang sampai setinggi 1, 5 m. Dikala itu, kegiatan warga layuh keseluruhan sepanjang 3 hari. Banyak masyarakat wajib mengungsi ke tempat yang lebih besar.
“ Jika telah hujan kencang, kita tidak dapat tidur lelap. Khawatir air seketika masuk rumah. Terlebih saat ini kian banyak rumah terkini yang berdiri, air kian tidak memiliki rute gerakan,” erang Darlina, masyarakat RW 03, Anduonohu.
Pakar Aturan Kota: Butuh Penyusunan Ulang
Ahli aturan kota dari Universitas Halu Oleo, Dokter. Andi Muchtar, memperhitungkan kalau situasi ini ialah penumpukan dari lemahnya pemograman aturan ruang kota yang mengarah pada keamanan masyarakat.
“ Tidak lumayan cuma melabeli area selaku alam rawan banjir. Wajib terdapat kebijaksanaan aktual yang diaplikasikan dengan cara tidak berubah- ubah. Alam itu wajib murni, ataupun bila telah terlanjur tersadar, wajib terdapat menyesuaikan diri semacam relokasi masyarakat, pembangunan kolam penahanan, serta sistem drainase modern,” tutur Andi.
Baginya, kota semacam Kendari yang topografinya berbukit serta mempunyai banyak gerakan bengawan membutuhkan pendekatan pemograman kota yang berplatform ilmu lingkungan. Beliau pula mendesak pemkot supaya menilai semua perizinan yang telah dikeluarkan buat kawasan tinggal terkini di area rawan.
“ Pembangunan yang tidak memperkirakan resiko cuma hendak menaikkan kehilangan di era depan. Ini pertanyaan nyawa serta kesinambungan hidup masyarakat,” tegasnya.
Pemkot Akad Penilaian Menyeluruh
Menjawab perihal ini, Orang tua Kota Kendari, Sulkarnain Kadir, berterus terang grupnya hendak lekas melaksanakan penilaian kepada semua cetak biru pembangunan kawasan tinggal di area rawan banjir. Beliau pula berkomitmen hendak menguatkan regulasi serta pengawasan kepada pemberian permisi pembangunan.
“ Kita tidak mau musibah jadi harga yang wajib dibayar oleh warga dampak kelengahan pengurusan aturan ruang. Dalam durasi dekat, kita hendak wujud regu audit perizinan serta pengawasan area di semua kecamatan,” tutur Sulkarnain dalam rapat pers, Kamis( 4 atau 7).
Tetapi, beliau pula memohon sokongan dari warga serta developer buat bersama- sama membuat Kendari yang lebih nyaman serta berkepanjangan.“ Ini bukan cuma tanggung jawab penguasa. Kita seluruh memiliki kedudukan,” pungkasnya.