Jangan Lomba Melulu Off Season Juga Perlu

Jangan Lomba Melulu Off Season Juga Perlu - Banyak lomba menanti pelari jarak jauh tahun ini. Tetapi, alangkah baiknya

Jangan Lomba Melulu Off Season Juga Perlu – Banyak lomba menanti pelari jarak jauh tahun ini. Tetapi, alangkah baiknya jika pelari jangan ikut lomba melulu.

“Off season” atau istirahat di antara jeda lomba juga penting. Masa rehat dibutuhkan untuk memulihkan kondisi sembari memperbaiki kekurangan teknis dari perhelatan yang lalu.

Tahun 2024 boleh jadi tahun yang cukup sibuk bagi pehobi lari. Merujuk dari situs kalenderlari.com, sepanjang tahun lalu, tercatat sebanyak 420 lomba lari jarak menengah Kencana69 hingga jarak jauh terselenggara. Jumlah itu menjadi yang terbanyak selama tiga tahun terakhir. Lonjakannya meningkat hampir tiga kali lipat dibandingkan setahun sebelumnya.

Jumlah perhelatan lomba berpotensi meningkat tahun 2025. Hingga pekan kedua Januari, kalenderlari.com sudah mengumumkan sedikitnya 107 lomba lari yang akan digelar sampai akhir tahun nanti. Angka itu meningkat dibandingkan jumlah lomba yang diumumkan saat Desember 2024 kemarin. Ketika itu, jumlahnya baru menyentuh sekitar 70 lomba.

Saking banyaknya lomba, pehobi lari kerap tergoda untuk terjun melaju ke lintasan. “Virus” ini biasanya menjangkiti orang-orang yang baru saja menggandrungi lari. Semacam ada keinginan turut serta dalam semua lomba yang diadakan. Terkadang mereka tak memikirkan betapa dekatnya jadwal penyelenggaraan satu ajang ke ajang lainnya.

Pendiri klub lari asal Yogyakarta, “Trackline”, Herwindo tak menampik kemunculan fenomena seperti itu. Padahal, olahraga lari jarak jauh sekelas maraton bukan olahraga ringan. Oleh karenanya, latihan persiapan mesti sematang mungkin. Istirahat juga jangan sampai terlewatkan.

“Teman-teman rekreasional itu kelemahannya recovery. Itu (recovery) kadang tidak terlalu diperhatikan. Padahal, istirahat itu sangat-sangat utama,” kata Windo, sapaan karib, Herwindo saat dihubungi, Sabtu (11/1/2025).

Di kalangan pelari, ungkap Windo, momen mengambil jeda rehat di antara serangkaian lomba dikenal dengan istilah “off season”. Entah itu untuk pelari profesional atau pelari rekreasional, sebut dia, “off season” sama-sama pentingnya. Pasalnya, tubuh dituntut menjalani aktivitas berat dalam olahraga tersebut.

“Ibaratnya tubuh kita itu mesin mobil. Jika dipakai terus dengan intensitas tinggi akan cepat panas. Jadi, memang perlu diturunkan tensinya atau dimatikan dulu. Kalau tidak dia bisa jebol mesinnya. Dalam konteks lari, efek jangka panjangnya bisa cedera,” kata Windo.

Windo menjelaskan, lama masa rehat harus terukur. Idealnya, pelari mesti beristirahat sehari untuk setiap 1,6 Km yang ditempuh dalam lomba. Artinya, apabila seorang pelari itu mengikuti maraton, sedikitnya ia harus mengistirahatkan tubuhnya selama 26 hari. Sebab, rute yang ditempuh dalam maraton panjangnya mencapai 42 Km.

Selama “off season”, ujar Windo, pelari disarankan untuk memprioritaskan istirahat. Tetapi, mereka juga dipersilakan berlatih ringan. Ini berkaitan dengan tujuan utama masa rehat guna memulihkan kondisi fisik pelari.

Di sisi lain, lanjut Windo, masa rehat sekaligus menjadi momen evaluasi bagi seorang pelari. Adapun evaluasi berlaku bagi berbagai hal. Mulai dari teknik, kekuatan otot, hingga soal kesehatan mental. Hal-hal yang kurang bisa dioptimalkan semasa jeda itu.

“Jika terlalu diforsir, tubuh tidak akan optimal sewaktu berlomba. Target-target yang ingin dicapai justru bisa kandas,” kata Windo.

Wawan Budisusilo, dokter olahraga dari Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI), menyampaikan hal serupa. Hasil lomba hanya bisa optimal apabila lomba dipersiapkan secara matang. Adapun pemulihan kondisi atau recovery termasuk bagian dari menu latihan yang sudah dirancang pelatih.

Sebelum terjun lomba, lanjut Wawan, pelari juga mesti menentukan targetnya. Terlebih jika ingin turun dalam kategori maraton. Hendaknya kategori itu hanya diikuti 2-3 kali saja setahun. Sebab, sekali maraton membutuhkan persiapan latihan setidaknya 4-6 bulan.

Seiring banyaknya gelaran lomba, ungkap Wawan, pelari juga bisa memanfaatkannya sebagai bagian dari persiapannya menuju maraton, yang tidak lain adalah tujuan utama mereka. Ajang-ajang lainnya dengan kategori lebih rendah, seperti 10K dan setengah maraton, dijadikan penunjang untuk mengoptimalkan kesiapan fisik.

“Jadi tidak hanya sekadar latihan dan sekadar ikut race. Semuanya harus diperhatikan. Ada soal penguatan otot, recovery, nutrisi, sampai hidrasi itu harus diperhatikan dengan baik biar performa pelari maksimal,” kata Wawan.

Post Comment