Menempa Mental Juara Pesepak Bola Belia
Menempa Mental Juara Pesepak Bola Belia – Kompetisi sepak bola belia, seperti Liga Kompas U-14 Powered by BRI, tak sekadar ajang menjajal kemampuan dan mencari kemenangan.
Kompetisi juga menjadi tempat menempa mental juara para pesepak bola muda sebagai bekal menorehkan prestasi dan meraih mimpi.
Seorang pesepak bola tidak rajaburma88 cukup hanya memiliki kemampuan fisik dan teknik. Pesepak bola juga perlu mempunyai mentalitas juara yang terwujud dalam sikap disiplin, pantang menyerah, sportif, menunjukkan rasa hormat, dan lainnya. Dengan bekal itu, pesepak bola tak hanya akan menggapai juara di lapangan, tetapi juga di kehidupan.
Tempaan itu datang terutama ketika suatu tim dalam keadaan tertinggal atau selalu menelan kekalahan. Bina Taruna, misalnya, mengalami itu dalam laga melawan Oneway SS pada pekan kelima Liga Kompas U-14 Powered by BRI, Minggu (12/1/2025).
Bermain di Stadion Kera Sakti, Tangerang Selatan, Banten, Bina Taruna takluk dari Oneway SS dengan skor 0-1. Kendati akhirnya kalah, semangat juang tim ini tidak pernah luntur sepanjang laga. Malah menjelang berakhirnya pertandingan, mereka berkali-kali menciptakan peluang untuk menyamakan kedudukan.
Pelatih Bina Taruna Agus Agustira mengatakan, permainan anak-anak asuhannya sebenarnya menunjukkan perbaikan dibandingkan empat pekan sebelumnya. Mereka berhasil memperbaiki kekurangan dari dua hasil imbang dan dua kekalahan, tetapi terdapat aspek lain yang ternyata perlu dievaluasi.
”Tentu tidak mudah menjaga mood pemain setelah kalah atau tidak pernah menang. Namun, di sinilah mereka belajar bahwa ikut kompetisi bukan hanya menang dan kalah. Mereka perlu belajar untuk bangkit dan terus memperbaiki diri. Itu yang saya tanamkan karena musim masih panjang,” ujar Agus.
Dengan kekalahan itu, Bina Taruna masih nirkemenangan. Mereka pun turun satu peringkat ke posisi ke-14 klasemen sementara dengan koleksi dua poin.
Semangat pantang menyerah juga ditunjukkan BMIFA yang menghadapi Mutiara 97. Pada babak pertama, BMIFA sulit keluar dari tekanan Mutiara 97 yang datang dengan tekad meraih kemenangan perdana. Mutiara langsung tampil agresif sejak sepak mula dan berbuah gol cepat pada menit ke-6.
Dalam kondisi tertinggal inilah, resiliensi BMIFA diuji. Tim asuhan Pelatih Bambang Suprapto ini ternyata mampu bangkit selepas turun minum. Setelah menyamakan skor lewat Taruna Akbar Situmorang (menit ke-39), BMIFA membalikkan keadaan melalui gol Leandro Rafael Annazhu (menit ke-51).
Kemenangan 2-1 atas Mutiara 97 membawa BMIFA mengoleksi 12 poin pada peringkat kelima klasemen sementara. Sementara itu, Mutiara 97 masih nirkemenangan dan tertahan di papan bawah klasemen dengan menghuni posisi ke-15.
”Aku percaya selama pertandingan belum selesai, meskipun kebobolan lebih dulu, kami belum kalah. Jadi, tadi coba tetap tenang dan yakin, berjuang sampai pertandingan benar-benar selesai,” ujar Leandro.
Leandro, yang bercita-cita menjadi pesepak bola profesional, menyadari sikap pantang menyerah wajib dimiliki seseorang sepertinya untuk meraih mimpi. Setiap pesepak bola hebat, katanya, juga pasti tidak mudah menyerah.
”Menurut aku, itu juga bisa diterapkan di mana saja, seperti di sekolah saat ada tugas yang susah. Atau kalau nanti masuk dunia kerja, ternyata kita tidak dapat pekerjaan yang diharapkan atau kita dipecat, kita harus punya pola pikir yang sama seperti saat tadi timku tertinggal,” ujar Leandro.
Tak hanya sikap pantang menyerah, Liga Kompas U-14 juga mengasah mentalitas juara seorang pesepak bola belia dengan menjunjung tinggi sportivitas, termasuk menghormati semua pihak di lapangan. Untuk itu, beberapa pemain yang terbukti mencederai nilai-nilai sportivitas dipanggil untuk mendapatkan edukasi dari tim pemandu bakat.
Terdapat empat pemain yang dipanggil setelah sikap mereka terekam pertandingan. Dua di antara pemain itu menunjukkan gestur tidak menghormati wasit dan keputusannya, satu lainnya melakukan pelanggaran keras yang berpotensi mencederai lawan, dan sisanya melakukan provokasi terhadap lawan.
Anggota tim pemandu bakat sekaligus mantan pemain timnas, Dede Sulaeman, mengatakan, edukasi dilakukan kepada pemain sekaligus orangtua. Wasit juga diajak untuk diingatkan kembali soal upaya edukasi kepada para pemain belia di lapangan.
Upaya edukasi ini tak lepas dari kehadiran Liga Kompas U-14 sebagai bagian dari pembinaan. Untuk itu, pemain harus diberi pemahaman agar bisa menjadi lebih baik dengan sikap mental yang benar.
”Mentalitas juara ini, kan, salah satunya juga menerapkan nilai-nilai fairplay seperti yang diadopsi FIFA. Itu tecermin dari sikap jujur, adil, dan hormat saat di lapangan. Namun, ini tidak cuma bisa mengantar jadi juara di kompetisi, tetapi juara juga di kehidupan,” tutur Dede yang menjadi bagian timnas pada era 1970-an hingga 1980-an.
Post Comment